Senin, 12 Agustus 2013
== Sejarah ==
GMIST merupakan organisasi pelayanan yang lahir melalui kedatangan Zending Tukang dari Belanda sejak tahun [[1857]]. Pelayanan Zending ini berakhir pada tahun 1935. Selanjutnya Zending menyerahkan tanggung jawab pelayanan kepada Komite Sangihe Talaud melaksanakan Sidang Sinode Pertama pada tahun [[1947]]. Tanggal pelaksanaan Sidang Sinode inilah juga yang ditetapkan sebagai hari lahirnya GMIST, yaitu: 25 Mei 1947. Ketua sinode yang pertama adalah Yahya Salawati (1890-1964).
Selama tahun-tahun pertama, sebagian besar jemaat-jemaat di kepulauan Talaud tidak masuk menjadi bagian dari gereja ini. Barulah pada tahun 1955, ketika Yahya Salawati diganti oleh seorang dari suku Talaud, gereja-gereja di Talaud bergabung dengan GMIST. Di masa kemudian, dibentuklah klasis Indonesia Barat (resort Inbar), yang mencakup jemaat-jemaat orang Sangir dalam perantauan di pulau Jawa dan Sumatera. Jumlah anggota GMIST pada tahun 1997 adalah 220.000 orang (tahun 1972: 183.344 orang), yang merupakan 90% lebih dari seluruh penduduk kepulauan Sangir-Talaud.
== Statistik ==
Data gereja pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
* Jumlah gereja/jemaat : 335 jemaat
* Jumlah anggota jemaat : 158.925 jiwa
* Jumlah pendeta : 253 orang
* Jumlah pelayan lainnya : 8.375 orang
== Pimpinan Pusat ==
Pimpinan gereja pada tahun 2012 antara lain:
* Ketua Umum : Pdt. W.B. Salindeho, STh
* Sekretaris Umum : Pdt. P. Madonsa, S.Teol
* Bendahara : Pnt. D. Korneles, SE
Sumber : wikipedia.org/wiki/Gereja_Masehi_Injili_di_Sangihe_Talaud
By. - dhanbenz -
=============================================================================================
Gereja yang tidak mempunyai pendeta ini, diketuai oleh A. D. Kansil. Pelayanan gerejaninya dilakukan oleh Pdt. Takaleluman dari Gereja Kristen Pasundan & Pdt. Mohede, pendeta tentara dari Bogor.
Segera GMST ini menulis surat ke Pdt. J. Salawati, Ketua Sinode GMIST di Tahuna, memohon bergabung dengan GMIST. Permohonan ini baru dikabulkan pada Sidang Sinode Lengkap GMIST ke dua pada 24 Juli 1948 di Ulu Siau. Tata Dasar GMIST direvisi dengan menambahkan pasal: Jemaat diluar kepulauan Sangihe Talaud yang dinamakan “djum’at luar biasa selaku satu Classis”. Demikianlah GMST diubah menjadi GMIST Klasis Luar Biasa, dan di tahun 1948 berkantor di Jalan Kramat Raya 65.
Pemerintah Belanda , melalui Zendeling Consulaat, tanggal 5 Februari 1949, mengakui keberadaan GMIST Klasis Luar Bias itu. Ketika ketua klasis dipegang oleh Pdt. Ds. L. J. Janis (yang merangkap sebagai pendeta GKP), pemerintah Belanda meminta GMIST melayani tentara KNIL asal Sangihe Talaud di Cimahi. Terbentuklah Jemaat GMIST Bandung.
Tahun 50-an dan 60-an merupakan tahun penuh pergumulan. Pada 26 Mei 1958, Pdt. G. Horoni sebagai Ketua Klasis Istimewa, memutuskan membentuk Jemaat GMIST Tanjung Priok, yang kemudian bernama Jemaat Mahanaim. Gedung Kramat Raya 65 menjadi salah satu pusat partai Parkindo, dimana anggota jemaat ikut dalam kampanye Pemilihan Umum. Pada 1960 Ketua Sinode Pdt. P. Lantemona mengubah nama Klasis Istimewa menjadi Klasis Jawa Barat Jakarta. GMIST mendapat pendeta penuh waktu yaitu Pdt. G. Horoni, Pdt. E. Barakati dan Pdt. Kaumbur.
Tahun 1963 GMIST ikut mensukseskan GANEFO dalam paduan suara bersama gereja – gereja di Jakarta. Tahun 1965, ditengah pergolakan G30-S PKI, anggota majelis dilengkapi identitas berupa kartu anggota, demi melindunginya dari aksi culik – menculik. Dalam periode ini terjadi beberapa skisma. Di GMIST Bandung terbentuk Jemaat Sangihe Talaud yang bernaung di bawah Gereja Kristen Pasundan. Di GMIST Jakarta terbentuk Jemaat GMIST Merdeka. Namun kedua jemaat itu hilang ditelan masa. Hanya satu skisma yang berubah menjadi pengembangan, yakni jemaat Jakarta yang terpecah menjadi Jemaat Kramat 65 (kemudian menjadi GMIST Bait Allah) dan Jemaat Aula SMA PSKD (kemudian menjadi GMIST Zaitun). Daripada itu di Surabaya terbentuk jemaat baru yaitu GMIST Jemaat Torsina. Tahun 70an dan 80an, merupakan tahun konsolidasi. Nama GMIST Klasis Jawa Barat Jakarta diubah menjadi GMIST Resort D. nama ini pun kemudian diubah menjadi GMIST Resort Inbar. Kantor Resort dari Kramat Raya 65 dipindahkan ke Jalan Enggano 52, kemudian ke Jalan Cempaka Putih II/29.
Dengan datangnya Pdt. E. J. Salamate STh dari Sangihe Talaud, administrasi GMIST mulai dirapikan. Majelis gereja dibagi menjadi Penatua dan Syamast. Ada program kerja, ada Rapat Rutin berupa sidang antar jemaat yang kemudian bernama Sidang Resort. Pdt. E. J. Salamate STh diangkat menjadi Ketua Resort Inbar kemudian Pdt. S. P. Mangempuge STh dan kembali ke Pdt. G. Horoni.
GMIST pun berkembang, jemaat – jemaat baru mulai terbentuk, di Tanjung Priok terbentuk Jemaat Nazareth, Betlehem dan Galilea, di Depok , Jemaat Depok, di Surabaya jemaat Mesias dan Ikhtus, di Medan Jemaat Filadelfia.
Tahu 90an dan 2000an merupakan tahun pembangunan. Dalam periode ini terbentu 3 jemaat baru yaitu: Sisaremase Makasar, Ebenhaezer Tangerang dan Dioskuri Batam. Beberapa jemaat membangun gedung gereja dengan keramik, melengkapinya dengan AC dan mengadakan kendaraan untuk pelayanan. Semua jemaat telah mempunyai Pastori hanya kantor Resort yang belum terbangun. Di bawah kepemimpinan Pdt. G. Horoni kantor GMIST Resort Inbar dipindahkan lagi ke Jalan Enggano 52 Tanjung Priok. Kemudian pimpinan Resort Pdt. G. Horoni diganti ke Pdt. J. Talimbekas. Ketika Pdt. J. Talimbekas sakit, maka ia diganti oleh Pnt. M. Manumpil dan diselesaikan masa periode kerjanya oleh Pdt. G. D. Bawengan MTh, sebagai Pejabat Sementara Ketua Resort.
Dalam kepemimpinan Pdt. Jelds Panggulu, sertifikat tanah Mahanaim dan Betlehem berhasil diperoleh. Kini kepemimpinan GMIST Resort Inbar dipegang oleh Pdt. G. D. Bawengan dengan Sekretaris, Pdt. A. I. Lantemona Salendah, S.Th, kantor GMIST Resort Inbar dilaksanakan pembangunannya. Kini akhirnya bangunan itu telah selesai dibangun.
== Sejarah ==
GMIST merupakan organisasi pelayanan yang lahir melalui kedatangan Zending Tukang dari Belanda sejak tahun [[1857]]. Pelayanan Zending ini berakhir pada tahun 1935. Selanjutnya Zending menyerahkan tanggung jawab pelayanan kepada Komite Sangihe Talaud melaksanakan Sidang Sinode Pertama pada tahun [[1947]]. Tanggal pelaksanaan Sidang Sinode inilah juga yang ditetapkan sebagai hari lahirnya GMIST, yaitu: 25 Mei 1947. Ketua sinode yang pertama adalah Yahya Salawati (1890-1964).
Selama tahun-tahun pertama, sebagian besar jemaat-jemaat di kepulauan Talaud tidak masuk menjadi bagian dari gereja ini. Barulah pada tahun 1955, ketika Yahya Salawati diganti oleh seorang dari suku Talaud, gereja-gereja di Talaud bergabung dengan GMIST. Di masa kemudian, dibentuklah klasis Indonesia Barat (resort Inbar), yang mencakup jemaat-jemaat orang Sangir dalam perantauan di pulau Jawa dan Sumatera. Jumlah anggota GMIST pada tahun 1997 adalah 220.000 orang (tahun 1972: 183.344 orang), yang merupakan 90% lebih dari seluruh penduduk kepulauan Sangir-Talaud.
== Statistik ==
Data gereja pada tahun 2012 adalah sebagai berikut:
* Jumlah gereja/jemaat : 335 jemaat
* Jumlah anggota jemaat : 158.925 jiwa
* Jumlah pendeta : 253 orang
* Jumlah pelayan lainnya : 8.375 orang
== Pimpinan Pusat ==
Pimpinan gereja pada tahun 2012 antara lain:
* Ketua Umum : Pdt. W.B. Salindeho, STh
* Sekretaris Umum : Pdt. P. Madonsa, S.Teol
* Bendahara : Pnt. D. Korneles, SE
Sumber : wikipedia.org/wiki/Gereja_Masehi_Injili_di_Sangihe_Talaud
By. - dhanbenz -
=============================================================================================
Senin, 12 Agustus 2013
SEKILAS GMIST RESORT INBAR
Tanggal 25 Mei 1947, di Jalan Gang Areng, Jakarta Pusat, dalam pertemuan
merayakan penyerahan gereja dari Het Sangi en Talaut Comite kepada
pimpinan pribumi di Tahuna, masyarakat awam Sangihe Talaud di Jakarta
membentuk suatu persekutuan yang dinamai Gereja Masehi Injili Taloda
(GMST).Gereja yang tidak mempunyai pendeta ini, diketuai oleh A. D. Kansil. Pelayanan gerejaninya dilakukan oleh Pdt. Takaleluman dari Gereja Kristen Pasundan & Pdt. Mohede, pendeta tentara dari Bogor.
Segera GMST ini menulis surat ke Pdt. J. Salawati, Ketua Sinode GMIST di Tahuna, memohon bergabung dengan GMIST. Permohonan ini baru dikabulkan pada Sidang Sinode Lengkap GMIST ke dua pada 24 Juli 1948 di Ulu Siau. Tata Dasar GMIST direvisi dengan menambahkan pasal: Jemaat diluar kepulauan Sangihe Talaud yang dinamakan “djum’at luar biasa selaku satu Classis”. Demikianlah GMST diubah menjadi GMIST Klasis Luar Biasa, dan di tahun 1948 berkantor di Jalan Kramat Raya 65.
Pemerintah Belanda , melalui Zendeling Consulaat, tanggal 5 Februari 1949, mengakui keberadaan GMIST Klasis Luar Bias itu. Ketika ketua klasis dipegang oleh Pdt. Ds. L. J. Janis (yang merangkap sebagai pendeta GKP), pemerintah Belanda meminta GMIST melayani tentara KNIL asal Sangihe Talaud di Cimahi. Terbentuklah Jemaat GMIST Bandung.
Tahun 50-an dan 60-an merupakan tahun penuh pergumulan. Pada 26 Mei 1958, Pdt. G. Horoni sebagai Ketua Klasis Istimewa, memutuskan membentuk Jemaat GMIST Tanjung Priok, yang kemudian bernama Jemaat Mahanaim. Gedung Kramat Raya 65 menjadi salah satu pusat partai Parkindo, dimana anggota jemaat ikut dalam kampanye Pemilihan Umum. Pada 1960 Ketua Sinode Pdt. P. Lantemona mengubah nama Klasis Istimewa menjadi Klasis Jawa Barat Jakarta. GMIST mendapat pendeta penuh waktu yaitu Pdt. G. Horoni, Pdt. E. Barakati dan Pdt. Kaumbur.
Tahun 1963 GMIST ikut mensukseskan GANEFO dalam paduan suara bersama gereja – gereja di Jakarta. Tahun 1965, ditengah pergolakan G30-S PKI, anggota majelis dilengkapi identitas berupa kartu anggota, demi melindunginya dari aksi culik – menculik. Dalam periode ini terjadi beberapa skisma. Di GMIST Bandung terbentuk Jemaat Sangihe Talaud yang bernaung di bawah Gereja Kristen Pasundan. Di GMIST Jakarta terbentuk Jemaat GMIST Merdeka. Namun kedua jemaat itu hilang ditelan masa. Hanya satu skisma yang berubah menjadi pengembangan, yakni jemaat Jakarta yang terpecah menjadi Jemaat Kramat 65 (kemudian menjadi GMIST Bait Allah) dan Jemaat Aula SMA PSKD (kemudian menjadi GMIST Zaitun). Daripada itu di Surabaya terbentuk jemaat baru yaitu GMIST Jemaat Torsina. Tahun 70an dan 80an, merupakan tahun konsolidasi. Nama GMIST Klasis Jawa Barat Jakarta diubah menjadi GMIST Resort D. nama ini pun kemudian diubah menjadi GMIST Resort Inbar. Kantor Resort dari Kramat Raya 65 dipindahkan ke Jalan Enggano 52, kemudian ke Jalan Cempaka Putih II/29.
Dengan datangnya Pdt. E. J. Salamate STh dari Sangihe Talaud, administrasi GMIST mulai dirapikan. Majelis gereja dibagi menjadi Penatua dan Syamast. Ada program kerja, ada Rapat Rutin berupa sidang antar jemaat yang kemudian bernama Sidang Resort. Pdt. E. J. Salamate STh diangkat menjadi Ketua Resort Inbar kemudian Pdt. S. P. Mangempuge STh dan kembali ke Pdt. G. Horoni.
GMIST pun berkembang, jemaat – jemaat baru mulai terbentuk, di Tanjung Priok terbentuk Jemaat Nazareth, Betlehem dan Galilea, di Depok , Jemaat Depok, di Surabaya jemaat Mesias dan Ikhtus, di Medan Jemaat Filadelfia.
Tahu 90an dan 2000an merupakan tahun pembangunan. Dalam periode ini terbentu 3 jemaat baru yaitu: Sisaremase Makasar, Ebenhaezer Tangerang dan Dioskuri Batam. Beberapa jemaat membangun gedung gereja dengan keramik, melengkapinya dengan AC dan mengadakan kendaraan untuk pelayanan. Semua jemaat telah mempunyai Pastori hanya kantor Resort yang belum terbangun. Di bawah kepemimpinan Pdt. G. Horoni kantor GMIST Resort Inbar dipindahkan lagi ke Jalan Enggano 52 Tanjung Priok. Kemudian pimpinan Resort Pdt. G. Horoni diganti ke Pdt. J. Talimbekas. Ketika Pdt. J. Talimbekas sakit, maka ia diganti oleh Pnt. M. Manumpil dan diselesaikan masa periode kerjanya oleh Pdt. G. D. Bawengan MTh, sebagai Pejabat Sementara Ketua Resort.
Dalam kepemimpinan Pdt. Jelds Panggulu, sertifikat tanah Mahanaim dan Betlehem berhasil diperoleh. Kini kepemimpinan GMIST Resort Inbar dipegang oleh Pdt. G. D. Bawengan dengan Sekretaris, Pdt. A. I. Lantemona Salendah, S.Th, kantor GMIST Resort Inbar dilaksanakan pembangunannya. Kini akhirnya bangunan itu telah selesai dibangun.
Sumber : Buletin Sinasa 01 Oktober 2010
=============================================================================================
Senin, 12 Agustus 2013
Hai guys,
=============================================================================================
Senin, 12 Agustus 2013
Hai guys,

Mohon doa dan dukungannya agar buletin ini dapat kembali diterbitkan oleh pengurus yang baru. Bagi teman2 yang punya hobby menulis, dengan penuh sukacita kami mengajak untuk bergabung didalam tim redaksi nantinya.
By . - dhanbenz -
=============================================================================================
=============================================================================================
Selasa, 13 Agustus 2013
MELAYANI TUHAN ADALAH PANGGILAN BAGI SEMUA ORANG PERCAYA
MELAYANI TUHAN ADALAH PANGGILAN BAGI SEMUA ORANG PERCAYA
PENDAHULUAN
Semua orang percaya adalah hamba Tuhan,
artinya setiap kita dipanggilan untuk melayani Tuhan.Kol_3:24 Kamu
tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan
bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. Kita
sebagai hamba Kristus, harus belajar untuk melayani Dia dengan benar.
Dalam kitab Perjanjian Lama, kepada setiap umatNya, Tuhan memerintahkan
bahwa setiap kali dating menghadap Tuhan tidak boleh dengan tangan
hampa. Mereka diperintahkan untuk membawa korban persembahan mereka.
Kel._23:15 Hari raya Roti Tidak Beragi haruslah kaupelihara; tujuh hari
lamanya engkau harus makan roti yang tidak beragi, seperti yang telah
Kuperintahkan kepadamu, pada waktu yang ditetapkan dalam bulan Abib,
sebab dalam bulan itulah engkau keluar dari Mesir, tetapi janganlah
orang menghadap ke hadirat-Ku dengan tangan hampa. Ulangan_16:16 Tiga
kali setahun setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap hadirat
TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya
Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok
Daun. Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa, Saat
ini kita akan belajar lebih lagi agar kita dapat melayani Tuhan dengan
baik. KATA KUNCI : ADA 3 KEBENARAN YANG MEMBUAT KITA BERSEMANGAT
MELAYANI TUHAN KEBENARAN PERTAMA : MELAYANI ADALAH SEBUAH BENTUK
UNGKAPAN KASIH KEPADA TUHAN Minggu lalu kita sudah belajar, bahwa setiap
kali kita dating beribadah kepada Tuhan pada hari minggu, artinya kita
datang untuk melayani Tuhan. Jangan datang kehadirat Tuhan dengan tangan
yang hampa. Bawalah seluruh persembahan kita ke hadiratNya.
Pelayanan yang kita berikan kepada Tuhan dapat berbentuk :
1. Nyanyian Pujian dan Penyembahan.
2. Doa-doa
3. Ucapan syukur
4. Persembahan -persembahan.
Oleh karena ibadah itu mengandung
pengertian melayani, maka kita harus mendedikasikan hidup kita dengan
baik dan benar. Pelayanan yang menyenangkan hati Tuhan adalah pelayanan
yang dilakukan sebagai bentuk atau ungkapan kasih kita kepadaNya. Kita
memberi kasih kepada Tuhan karena Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. 1
Yoh. 4:19 Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
KEBENARAN YANG KEDUA : MELAYANI ADALAH SEBUAH BENTUK PENGABDIAN
1Kor._7:22 Sebab seorang hamba yang
dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik
Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah
hamba-Nya. Kata “ HAMBA “ ditulis dalam bahasa aslinya dengan kata “
DOULOS “. Kata Doulos memnpunyai arti : 1. Hamba 2. Budak Dari dua arti
kata itu mengandung makna seorang ‘budak’ sama sekali tidak memiliki
hak apapun juga, dan hidup hanya oleh anugerah-Nya dan dituntut untuk
memuliakan-Nya, Sang Tuhan diatas segala Tuan. Ini berbicara tentang
sebuah pengabdian dan pengabdian yang berkualitas harus dijalani dengan
sikap setia. Yesus banyak memberikan ajaran tentang kesetiaan,
seperti : UPAH KESETIAAN Luk_16:10 “Barangsiapa setia dalam
perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan
barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga
dalam perkara-perkara besar. SETIA KEPADA TUHAN Kis. 11:23 Setelah
Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia
menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, SETIA
SAMPAI MATI Wahyu _2:10 Jangan takut terhadap apa yang harus engkau
derita! Sesungguhnya Iblis akan melemparkan beberapa orang dari antaramu
ke dalam penjara supaya kamu dicobai dan kamu akan beroleh kesusahan
selama sepuluh hari. Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan
mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan. Sekarang kita dapat
pengertian yang baru sebagai orang percaya, kita adalah hamba atau budak
dari Tuhan, dan kita diminta untuk setia kepadaNya,bahkan setia sampai
mati.
KEBENARAN YANG KETIGA : ADA UPAH YANG BESAR DARI MELAYANI TUHAN
Kita adalah HambaNya, dan Tuhan adalah
Tuan kita. Tuhan menyediakan upah bagi hambaNya yang benar dan setia.
Perumpamaan tentang talenta dalam Injil Matius 25, Yesus memberikan
penekanan dari akhir ceritanya dengan perkataan Tuan yang memberi
talenta sebagai berikut : Mat_25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya:
Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau
telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan
tuanmu. Mat_25:23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia
memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan
kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah
dalam kebahagiaan tuanmu. Kalau kita melayani Tuhan, ingatlah ini bahwa
Tuhan menyediakan upah kepada kita. TUHAN TIDAK PERNAH LALAI DALAM HAL
UPAH Ibrani _11:6 Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada
Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa
Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang
sungguh-sungguh mencari Dia. Ibrani _10:35 Sebab itu janganlah kamu
melepaskan kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. Wahyu
22:12 “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk
membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya. TETAP SETIA DAN
BERSEMANGAT DALAM MELAYANI TUHAN Roma 12:11 Janganlah hendaknya
kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
1Kor. 15:58 Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab
kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak
sia-sia.
Sumber : http://www.gbielshaddai.org
By. - dhanbenz -
=============================================================================================
Selasa, 13 Agustus 2013
Selasa, 13 Agustus 2013
![]() |
Jim Caviezel |
Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”.
Berikut refleksi atas perannya di film itu.
JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.
Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.
“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.
Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.
Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.
Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.
Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!
Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.
Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.
Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.
Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.
Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.
Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.
Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.
Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.
Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.
Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).
“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.
Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.
Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hyesusidup anda. Amin.
“TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA”
Sumber : http://sityb.wordpress.com/2009/09/08/kesaksian-jim-caviezel-pemeran-yesus-dalam-the-passion-of-the-christ/
By. - dhanbenz -
=============================================================================================
Rabu, 14 Agustus 2013
KEMERDEKAAN (Pengakuan / Jati Diri)
Seorang Pemuda di Tengah - Tengah
Gereja dan Masyarakat
Merdeka!!! Kata ini sangat mudah kita ucapkan, namun sarat makna yang
mendalam bagi yang mengalaminya. Setiap orang mempunyai cara pandang
yang berbeda dalam mengartikannya. Menurut Mia Nontah dari Pemuda GMIST
Depok, kemerdekaan di tengah-tengah keluarganya adalah diajarkan
kebebasan yang sebebas-bebasnya, tapi yang bertanggungjawab terhadap
kegiatan yang dilakukannya, baik itu di di rumah, lingkungan gereja, dan
pergaulan. Mia mengatakan bahwa seseorang harus bersikap dewasa, umur
bukanlah jaminan untuk bisa mengatakan bahwa dia sudah mendapat
pengakuan atau jati diri. Ada orang yang sudah bisa dikatakan dewasa
tapi masih bertingkah laku seperti anak kecil. Bagaimana mungkin orang
tersebut mendapat pengakuan dan jati dirinya kalau masih mempunyai sikap
yang kekanak-kanakan.
Merdeka bagi keluarga Nanda Takasiliang
(Pemuda Bait Allah), kemanapun kita pergi/berjalan harus mempunyai
batasan-batasan atau peraturan keluarga, gereja dan masyarakat yang
harus dipatuhi. Karena sistem budaya Indonesia (sistem adat) yang masih
mencerminkan sopan santun, saling menghargai di manapun kita berada.
Ketika hal itu dilakukan maka kita sudah mendapat kemerdekaan dan Jati
diri kita masing-masing.
“Demokratis di keluarga, berani berbicara sudah merupakan bentuk dari merdeka dan mendapat pengakuan di keluarga, gereja, dan mayarakat” komentar Uche, Ketua Pemuda Mahanaim. Bagi Vina Lawendatu (Betlehem), “merdeka adalah bebas menentukan apa yang kita mau, tidak ada perbedaan gender, ngomong apa adanya, orang tua mengingatkan kalau kita melakukan hal yang salah, tapi kalau hal yang benar ya lakukan sama juga dengan apa yang di lakukan di lingkungan gereja. Di lingkungan masyarakat, menurut Vina, “asyik-asyik aja, biarin aja apa yang orang mau omongin tentang gw, yang penting sih gw jalanin aja kehidupan gw sendiri”.
Ternyata ada juga loh yang mengatakan merdeka dari sisi rohani. Menurut Stella (Pemuda Mahanaim), “karena kita sudah ditebus oleh Tuhan, maka kita sudah bebas dari dosa”. Tapi tentang untuk mendapatkan pengakuan/jati diri, seseorang harus tunjukin sikap, tingkah laku, dan pemikirannya yang dewasa dan bisa menyesuaikan diri dimanapun kita berada, tutur Stella.
Phillip Manoppo dan Fanny Budiman (Pemuda Bait Allah) mengatakan kepada Sinasa bahwa merdeka, “bebas tapi selalu dikontrol oleh orang tua, demokratis banget, kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan orang tua harus dijaga”. Pengakuan/jati diri mengaku bergaul sama siapa saja, adaptasi pergaulan, do the best, masalah orang lain menilai gw terserah mereka yang penting gw ngelakuin yang terbaik aja”.
Banyak pendapat dan pandangan yang diterapkan di dalam keluarganya masing-masing, dan banyak karakter seseorang untuk menyikapi pengakuan dan jati dirinya masing-masing itu semua berasal dari didikan orang tuanya. Bpk. Mallo Manoppo (Orang Tua Pemuda Dari Bait Allah) mengatakan, “kreasi anak muda, pendapat anak muda sebenarnya tidak masalah sebatas bisa bertangung jawab, melakukan hal yang baik dan benar. Hal yang baik belum tentu benar dan hal yang benar belum tentu baik”. Bpk.Mallo menambahkan bahwa anak harus melakukan hal yang baik dan menjadi contoh positif di lingkungan gereja dan masyarakat dan yang paling penting adalah takut akan Tuhan, rendah hati, dan lemah lembut” Lanjut orang tua yang memiliki dua orang anak ini (Phillip dan Christ),
“Memberikan peluang agar supaya anak dapat/bisa memberikan usul, saran di tengah keluarga”, tutur Ibu Mozes – Mule (Bait Allah). Di tambahkan lagi, “anak-anak ada hak untuk membenarkan sesuatu yang dilakukannya terhadap orang tua, dan saling koreksi antara orang tua dengan anak”. Kemudian saran yang diberikan kata Koordinator Bidang VI GMIST Resort Inbar tentang Pelka Pemuda dan Pelka Perempuan ini adalah “harus mempunyai sistem didik yang baik, dan anak-anak boleh bergaul tapi jangan lupa denga jati dirinya (menentukan mana yang baik dan benar dan tidak boleh ragu-ragu, harus tegas)”.
Orang tua dari pemuda Betlehem, Bpk. Rudi Donggala dan Bpk. Bun Tatuil menegaskan bahwa peran dan fungsi orang tua sangat penting. Orang tua harus selalu control, menjadi pengarah yang baik agar perkembangan anak dalam keluarga, gereja dan pergaulan dapat mengembangkan perilaku anak yang baik, tahu mana yang baik dan tidak baik, mana yang benar dan yang tidak benar di dalam menemukan jati dirinya dan kemerdekaan dala hidupnya.
Dari keempat orang tua di atas mengatakan tentang pelayanan pemuda di gereja, memberikan kebebasan penuh terhadap anak. Karena persekutuan gereja sangat penting guna memuliakan nama Tuhan, dan sebagai anak-anak Tuhan wajib melakukan hal tersebut.
Para pendeta tidak ketinggalan juga dalam menanggapi hal di atas, Pdt. Ny. Mezak – Dalegi mengatakan, “Orang tua harus sadar terhadap perkembangan yang sedang berlangsung. Perkembangan yang dulu berbeda dengan perkembangan yang sekarang jadi, orang tua jangan menyamakan didikan yang dulu dengan sekarang, karena anak dapat melawan dengan orang tua, adanya saling keterbukaan orang tua dengan anak”. Lanjut kata Ketua Jemaat Bait Allah (sekarang Nazareth) ini, “Apabila orang tua memaksakan kehendaknya terhadap anak maka dapat berdampak terhadap semua aktivitas anak termasuk dalam hal di lingkungan gerejanya”.
Tapi anak (Pemuda) juga harus menahan emosi, sopan santun, etika, dan penampilan yang baik. Berbicara pun harus mempunyai tujuan dan berbicara harus juga ada tindakan (Positf) jangan berbicara tapi tidak ada yang dilakukannya.
Dalam lingkungan keluarga orang tua memberikan kebebasan dari kecil (penghargaan) guna si anak bisa memikirkan apa yang terbaik yang harus di lakukan di dalam kehidupannya, tutur Pdt. Anthonie – Mangadil. Jadi, orang tua tidak selalu paling benar, orang tua harus menghargai anak untuk berbicara dan berpendapat, pemuda juga tidak boleh emosi dan terlalu egois. Dalam hal pelayanan gereja, Ketua Jemaat Galilea ini mengatakan bahwa, anak (pemuda) walaupun sudah besar masih butuh bimbingan dan perhatian dalam melihat kondisi dari pemuda tersebut. Mengundang orang tua untuk ikut bersama-sama dalam ibadah pemuda. Agar pemuda dapat termotivasi dan penuh semangat karena di dukung oleh orang tua.
So’ buat temen-temen pemuda banyak pengalaman yang temen-temen pemuda bisa jadikan suatu nasehat atau masukan dalam menjalani kehidupan temen-temen pemuda semuanya, di dalam mencari kemerdekaan dan jati diri kehidupan kita semuanya. Hal yang paling utama adalah berawal dari lingkungan keluarga dimana kita bisa mendapatkan kemerdekaan dan jati diri kita, yang kedua dari lingkungan gereja dan ketiga dari lingkungan masyarakat (pergaulan). Yang penting sih selalu mengandalkan Tuhan Yesus dalam menjalani karakter kehidupan kita, dan menemukan siapa diri kita sebenarnya! Who Am I ??
“Demokratis di keluarga, berani berbicara sudah merupakan bentuk dari merdeka dan mendapat pengakuan di keluarga, gereja, dan mayarakat” komentar Uche, Ketua Pemuda Mahanaim. Bagi Vina Lawendatu (Betlehem), “merdeka adalah bebas menentukan apa yang kita mau, tidak ada perbedaan gender, ngomong apa adanya, orang tua mengingatkan kalau kita melakukan hal yang salah, tapi kalau hal yang benar ya lakukan sama juga dengan apa yang di lakukan di lingkungan gereja. Di lingkungan masyarakat, menurut Vina, “asyik-asyik aja, biarin aja apa yang orang mau omongin tentang gw, yang penting sih gw jalanin aja kehidupan gw sendiri”.
Ternyata ada juga loh yang mengatakan merdeka dari sisi rohani. Menurut Stella (Pemuda Mahanaim), “karena kita sudah ditebus oleh Tuhan, maka kita sudah bebas dari dosa”. Tapi tentang untuk mendapatkan pengakuan/jati diri, seseorang harus tunjukin sikap, tingkah laku, dan pemikirannya yang dewasa dan bisa menyesuaikan diri dimanapun kita berada, tutur Stella.
Phillip Manoppo dan Fanny Budiman (Pemuda Bait Allah) mengatakan kepada Sinasa bahwa merdeka, “bebas tapi selalu dikontrol oleh orang tua, demokratis banget, kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan orang tua harus dijaga”. Pengakuan/jati diri mengaku bergaul sama siapa saja, adaptasi pergaulan, do the best, masalah orang lain menilai gw terserah mereka yang penting gw ngelakuin yang terbaik aja”.
Banyak pendapat dan pandangan yang diterapkan di dalam keluarganya masing-masing, dan banyak karakter seseorang untuk menyikapi pengakuan dan jati dirinya masing-masing itu semua berasal dari didikan orang tuanya. Bpk. Mallo Manoppo (Orang Tua Pemuda Dari Bait Allah) mengatakan, “kreasi anak muda, pendapat anak muda sebenarnya tidak masalah sebatas bisa bertangung jawab, melakukan hal yang baik dan benar. Hal yang baik belum tentu benar dan hal yang benar belum tentu baik”. Bpk.Mallo menambahkan bahwa anak harus melakukan hal yang baik dan menjadi contoh positif di lingkungan gereja dan masyarakat dan yang paling penting adalah takut akan Tuhan, rendah hati, dan lemah lembut” Lanjut orang tua yang memiliki dua orang anak ini (Phillip dan Christ),
“Memberikan peluang agar supaya anak dapat/bisa memberikan usul, saran di tengah keluarga”, tutur Ibu Mozes – Mule (Bait Allah). Di tambahkan lagi, “anak-anak ada hak untuk membenarkan sesuatu yang dilakukannya terhadap orang tua, dan saling koreksi antara orang tua dengan anak”. Kemudian saran yang diberikan kata Koordinator Bidang VI GMIST Resort Inbar tentang Pelka Pemuda dan Pelka Perempuan ini adalah “harus mempunyai sistem didik yang baik, dan anak-anak boleh bergaul tapi jangan lupa denga jati dirinya (menentukan mana yang baik dan benar dan tidak boleh ragu-ragu, harus tegas)”.
Orang tua dari pemuda Betlehem, Bpk. Rudi Donggala dan Bpk. Bun Tatuil menegaskan bahwa peran dan fungsi orang tua sangat penting. Orang tua harus selalu control, menjadi pengarah yang baik agar perkembangan anak dalam keluarga, gereja dan pergaulan dapat mengembangkan perilaku anak yang baik, tahu mana yang baik dan tidak baik, mana yang benar dan yang tidak benar di dalam menemukan jati dirinya dan kemerdekaan dala hidupnya.
Dari keempat orang tua di atas mengatakan tentang pelayanan pemuda di gereja, memberikan kebebasan penuh terhadap anak. Karena persekutuan gereja sangat penting guna memuliakan nama Tuhan, dan sebagai anak-anak Tuhan wajib melakukan hal tersebut.
Para pendeta tidak ketinggalan juga dalam menanggapi hal di atas, Pdt. Ny. Mezak – Dalegi mengatakan, “Orang tua harus sadar terhadap perkembangan yang sedang berlangsung. Perkembangan yang dulu berbeda dengan perkembangan yang sekarang jadi, orang tua jangan menyamakan didikan yang dulu dengan sekarang, karena anak dapat melawan dengan orang tua, adanya saling keterbukaan orang tua dengan anak”. Lanjut kata Ketua Jemaat Bait Allah (sekarang Nazareth) ini, “Apabila orang tua memaksakan kehendaknya terhadap anak maka dapat berdampak terhadap semua aktivitas anak termasuk dalam hal di lingkungan gerejanya”.
Tapi anak (Pemuda) juga harus menahan emosi, sopan santun, etika, dan penampilan yang baik. Berbicara pun harus mempunyai tujuan dan berbicara harus juga ada tindakan (Positf) jangan berbicara tapi tidak ada yang dilakukannya.
Dalam lingkungan keluarga orang tua memberikan kebebasan dari kecil (penghargaan) guna si anak bisa memikirkan apa yang terbaik yang harus di lakukan di dalam kehidupannya, tutur Pdt. Anthonie – Mangadil. Jadi, orang tua tidak selalu paling benar, orang tua harus menghargai anak untuk berbicara dan berpendapat, pemuda juga tidak boleh emosi dan terlalu egois. Dalam hal pelayanan gereja, Ketua Jemaat Galilea ini mengatakan bahwa, anak (pemuda) walaupun sudah besar masih butuh bimbingan dan perhatian dalam melihat kondisi dari pemuda tersebut. Mengundang orang tua untuk ikut bersama-sama dalam ibadah pemuda. Agar pemuda dapat termotivasi dan penuh semangat karena di dukung oleh orang tua.
So’ buat temen-temen pemuda banyak pengalaman yang temen-temen pemuda bisa jadikan suatu nasehat atau masukan dalam menjalani kehidupan temen-temen pemuda semuanya, di dalam mencari kemerdekaan dan jati diri kehidupan kita semuanya. Hal yang paling utama adalah berawal dari lingkungan keluarga dimana kita bisa mendapatkan kemerdekaan dan jati diri kita, yang kedua dari lingkungan gereja dan ketiga dari lingkungan masyarakat (pergaulan). Yang penting sih selalu mengandalkan Tuhan Yesus dalam menjalani karakter kehidupan kita, dan menemukan siapa diri kita sebenarnya! Who Am I ??
sumber : Buletin Sinasa 09 September 2009
By. -pikok-
=============================================================================================
Rabu, 14 Agustus 2013
LATAR BELAKANG KEMERDEKAAN INDONESIA
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok
=============================================================================================
Rabu, 14 Agustus 2013
LATAR BELAKANG KEMERDEKAAN INDONESIA
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok
Sumber : wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
=============================================================================================
Kamis, 15 Agustus 2013
Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul
Saleh, Sukarni, dan Wikana--yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya
setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam
gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dinihari tanggal 16 Agustus
1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain,
mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9
bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa
Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa
Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apapun
risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad
Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. Maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir.
Soekarno dan Drs.Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil
meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu-buru memproklamasikan kemerdekaan.
Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang ke rumah masing-masing. Mengingat bahwa
hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan
untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk
menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai
tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta
kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke
XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang
(Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar
oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura,
Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militerJepang, untuk menerima kedatangan
rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16
Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga
status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan
Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat,
Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura
apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar
dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan
menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat
perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena
diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokyo dan dia mengetahui
sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat
(Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshiguna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshiyang setengah mabuk duduk dikursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti. Bung Hatta, Subardjo, B. M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih di dengungkan. Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor(Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan kekediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarangJl. Proklamasi no. 1).
Persiapan Pengibaran Bendera Merah Putih Sebagai tanda Kemerdekaan RI |
Perundingan antara golongan muda dan
golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung
pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis diruang makan di
laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu
adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks
proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah
Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani
teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti Melik. Pagi
harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah
hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti.
By. - dhanbenz - =============================================================================================
Jumat, 16 Agustus 2013
Detik-detik Pembacaan
Naskah Proklamasi
Acara dimulai pada pukul 10:00
dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa
teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat
itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor. Pada awalnya Trimurti diminta untuk
menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya
dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief
Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas
tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera
Merah Putih ( Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari
sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen
Nasional. Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota
Barisan Pelopor yang dipimpin S. Brata datang terburu-buru karena mereka tidak
mengetahui perubahan tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut
Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta
memberikan amanat singkat kepada mereka. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan
menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia,
yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah
Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan
kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian. Setelah itu Soekarno
dan M. Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan dari
PPKI sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Presiden dan Wakil Presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Sumber : wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
By. - dhanbenz - =============================================================================================
Sabtu, 17 Agustus 2013
Kutipan Asli Teks Proklamasi |
Kutipan Sekarang |
=============================================================================================
Minggu, 18 Agustus 2013
Inilah Perancang Lambang Negara Indonesia

SEPANJANG orang Indonesia, siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.

Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.
Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas.
Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar – karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL. Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara.
Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. “Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999,” akunya. Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan). Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. “Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II,” katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.**
Sumber : http://otakberita.blogspot.com/2012/08/inilah-perancang-lambang-negara.html#ixzz2c5oUayKa
By. - dhanbenz -
=============================================================================================
Sumber : http://jefri-jefrimanparungpanjang-jefri.blogspot.com/2010/03/sejarah-paskibraka-nasional.html
By. - dhanbenz -
=============================================================================================
=============================================================================================
sumber : http://anggaswangi.blogspot.com/2011/10/yang-tak-boleh-dilakukan-setelah.html
=============================================================================================
=============================================================================================
Senin, 19 Agustus 2013
Sejarah Paskibraka Nasional
Beberapa
hari menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI pertama, Presiden
Soekarno memberi tugas kepada ajudannya, Mayor M. Husein Mutahar untuk
mempersiapkan upacara peringatan Detik – detik Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung
Yogyakarta.
Saat
itulah muncul gagasan dari Mutahar untuk membentuk kelompok-kelompok
pengibar bendera pusaka, yang diawali oleh lima orang pemuda-pemudi
pada tahun 1946 – yang melambangkan Pancasila.
Kemudian
sejak tahun 1967-1972, bendera pusaka dikibarkan oleh para pemuda
utusan daerah dengan sebutan “Pasukan Penggerek Bendera Pusaka”. Baru
pada tahun 1973 nama PASKIBRAKA lahir hasil dari pemikiran Idik
Sulaeman yang merupakan tangan kanan Husein Mutahar. Bahkan Idik juga
menciptakan seluruh atribut yang sampai sekarang dapat dilihat dalam
seragam Paskibraka. Atribut itu mulai dari pakaian seragam, Lambang
Anggota Paskibraka, Lambang Korps Paskibraka dan Tanda Pengukuhan.
Bentuk Seragam
Sebelum
tahun 1981, bentuk pakaian seragam Paskibraka cukup sederhana. Putra
dengan kemeja putih lengan panjang yang bagian bawahnya dimasukkan ke
dalam celana panjang putih dengan ikat pinggang juga warna putih; Putri
dengan kemeja lengan panjang dengan bagian bawah model jas.
Tapi
setelah tahun 1981 dan seterusnya sampai sekarang, dengan alasan
disamakan modelnya dengan seragam TNI dari kelompok 45, seragam
Paskibraka mengalami perubahan. Paskibraka putra menggunakan kemeja
model jas dengan gesper lebar dari kain, sementara Paskibraka putri
tidak berubah. Dengan tampilan baru ini, Paskibraka memang kehilangan
penampilan remajanya dan terlihat seperti orang dewasa.
Lambang Anggota
Lambang
Anggota Paskibraka dikenakan di kelopak bahu baju berupa kontur warna
perak di atas bulatan putih yang diletakkan pada segi empat berwarna
hijau. Semula, pada kelopak bahu seragam Penggerek Bendera dikenakan
lambang dengan tanda ciri pemuda dan Pramuka —karena kedua unsur inilah
yang menjadi pendukung pasukan. Lambang untuk pemuda berupa “bintang
segilima besar” sedangkan untuk Pramuka berupa “cikal kelapa kembar”.
Namun,
karena adanya keritikan negatif maka Idik Sulaeman merancang lambang
anggota Paskibraka yang baru, yang menggambarkan siapa sebenarnya
Paskibraka itu.
Lambang
anggota Paskibraka adalah setangkai bunga teratai yang mulai mekar dan
dikelilingi oleh sebuah gelang rantai, yang mata rantainya berbentuk
bulat dan belah ketupat. Mata rantai bulat berjumlah 16, begitu pula
mata rantai belah ketupat.
Bunga
teratai yang tumbuh dari lumpur (tanah) dan berkembang di atas
permukaan air bermakna bahwa Anggota Paskibraka adalah pemuda yang
tumbuh dari bawah (orang biasa), dari tanah air yang sedang berkembang
(mekar) dan membangun. Tiga helai kelopak bunga tumbuh ke atas bermakna
“belajar, bekerja dan berbakti”, sedang tiga helai kelopak ke arah
mendatar bermakna “aktif, disiplin dan gembira”.
Mata
rantai yang saling berkaitan melambangkan persaudaraan yang akrab
antar sesama generasi muda Indonesia yang ada di berbagai pelosok (16
penjuru angin) tanah air. Rantai persaudaraan tanpa memandang asal suku,
agama, status sosial dan golongan akan membentuk jalinan mata rantai
persaudaraan sebangsa yang kokoh dan kuat, sehingga mampu menangkal
bentuk pengaruh dari luar dan memperkuat ketahanan nasional, melalui
jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan yang telah tertanam dalam dada
setiap anggota Paskibraka.
Lambang Korps
Sejak
1973 sampai sekarang, Lambang Korps Paskibraka dibuat dari kain
bergambar atau bordir yang langsung dijahitkan di lengan kanan seragam.
Bentuknya perisai berwarna hitam dengan garis pinggir dan huruf
berwarna kuning yang bertuliskan ”PASUKAN PENGIBAR BENDERA PUSAKA” dan
tahun pembentukan pasukan (di ujung bawah perisai).
Di
dalam perisai terdapat lingkaran bergambar sepasang anggota Paskibraka
dilatarbelakangi bendera merah putih yang berkibar ditiup angin dan
tiga garis horison atau awan. Makna dari bentuk dan gambar Lambang
Korps Paskibraka adalah sebagai berikut:
1)
Bentuk perisai bermakna “siap bela negara” termasuk bangsa dan tanah
air Indonesia, warna hitam bermakna teguh dan percaya diri.
2) Sepasang anggota Paskibraka bermakna Paskibraka terdiri dari anggota putra dan anggota putri yang dengan keteguhan hati
3)
Bendera Merah Putih yang sedang berkibar adalah bendera kebangsaan dan
utama Indonesia yang harus dijunjung tinggi seluruh bangsa Indonesia
termasuk generasi mudanya, termasuk Paskibraka.
4) Garis horison atau awan tiga garis menunjukkan ada Paskibraka di tiga tingkat, yaitu nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
5) Warna kuning berarti kebanggaan, keteladanan dalam hal perilaku dan sikap setiap anggota Paskibraka.
Untuk
mempersatukan korps, Paskibraka di tingkat nasional, provinsi dan
kabupaten/kota ditandai dengan Lambang Korps yang sama. Untuk tingkat
provinsi dan kabupaten/kota, Lambang Korps harus ditambahi dengan tanda
lokasi terbentuknya pasukan.
Tanda Pengukuhan
Sebagai
tanda berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda Tingkat Perintis /
Pemuka (sebagaimana juga berakhirnya Latihan Kepemimpinan Pemuda /
Kepemudaan tingkat lain) setiap peserta dikukuhkan oleh Penanggungjawab
Latihan dengan pengucapan ”Ikrar Putera Indonesia” sambil memegang Sang
Merah Putih dan kemudian menciumnya dengan menarik nafas panjang
sebagai “kiasan” kesediaan untuk senantiasa setia dan membelanya.
Tanda
pengukuhan berupa kendit atau pita/sabuk dibuat dari kain. Kendit
adalah tanda ksatria pada zaman dahulu yang mengikrarkan kesetiaannya
kepada kerajaan. Sebagai pemegang kendit, para peserta latihan pun
diharapkan memiliki sifat ksatria dalam pemikiran, perkataan dan
perbuatannya sehari-hari.
Awalnya,
pada latihan untuk Pasukan pertama sampai keempat (1968–1971) kendit
Tanda Pengukuhan masih polos dengan dua warna, masing-masing hijau untuk
anggota pasukan dan ungu untuk para penatar / pembina. Karena kendit
warna polos menyerupai sabuk kecakapan olahraga beladiri, maka oleh
Idik Sulaeman disempurnakan menjadi kendit bermotif.
Motif
tersebut berupa gambar rantai bulat dan belah ketupat seperti pada
Lambang Anggota, dengan jumlah masing-masing 17 untuk rantai bulat dan
rantai belah ketupat. Setiap mata rantai bulat maupun belah ketupat
diisi dengan huruf yang membentuk kalimat ”PANDU INDONESIA
BER-PANCASILA”.
Semula,
ukuran lebar dan panjang kendit adalah 5 cm dan 17 cm, untuk
melambangkan angka tanggal 17 (dari 17 Agustus 1945) dan 5 (jumlah sila
dalam Pancasila). Namun, karena kesulitan teknik pencetakan motifnya,
ukuran kendit baru dengan motif rantai dan huruf diubah menjadi lebar 5
cm dan panjang 14 dm (140 cm).
Tanda
pengukuhan berupa lencana digunakan untuk pemakaian harian. Sebelum
1973, lencana ini hanya berupa merah putih —tanpa gambar garuda— dengan
ukuran tinggi 2 cm dan panjang 3 cm. Lencana yang dipakai sejak 1973
sampai saat ini berbentuk persegi berukuran tinggi 1,8 cm dan panjang 4
cm, dengan tanda merah-putih di sebelah kanan dan Garuda di sebelah
kiri (dilihat dari sisi pemakainya, bukan dari depan). Ukuran lencana
untuk Penatar (warna ungu) sedikit lebih kecil, yakni tinggi 1,5 cm dan
panjang 3,5 cm.
Warna dasar di belakang Garuda disesuaikan dengan jenis latihannya, atau dengan kata lain sama dengan warna dasar kenditnya.
[LIST]
• Warna hijau untuk Latihan Perintis/Pemula Pemuda
• Warna merah untuk Latihan Pemuka Pemuda
• Warna coklat untuk Latihan Penuntun Pemuda
• Warna kuning untuk Latihan Pendamping Pemuda
• Warna ungu untuk Latihan Penatar Kepemudaan
• Warna abu-abu untuk Latihan Penaya Kepemudaan
Kedua
Tanda Pengukuhan, digunakan dengan ketentuan yang berbeda. Lencana
pengukuhan dikenakan pada baju setinggi dada sebelah kiri (di atas saku
kiri baju), baik pada seragam maupun baju biasa sehari-hari. Sedangkan
kendit, dililitkan ke pinggang dan disimpulmatikan dibagian depan
(perut) dan hanya dikenakan saat menghadiri upacara pengukuhan, tidak
untuk sehari-hari.
By. - dhanbenz -
=============================================================================================
Hasil Rapat Perdana Pemuda/i
GMIST Resort Inbar
24 Agustus 2013
1.
JOBDESK Sie.Pelayanan *
-
Bersama dengan pengurus pelka tiap
jemaat dalam menyusun jadwal ibadah rutin selama 1 tahun.
-
Bersama dengan ketua menyusun
jadwal Kunjungan Pastoral ke jemaat selama 1 tahun.
-
Bersama dengan ketua
meng-koordinir pengurus dalam pastoral khusus.
-
Bersama dengan Bendahara mengatur
seluruh keperluan ibadah rutin ( Mulai dari Khadim sampai dengan liturgi).
-
Membuat rancangfan pendapatan dan
pengeluaran untuk kebutuhan pelayanan.
2.
IBADAH RUTIN
Sie. Pelayanan harus membuat
Tata Ibadah yang antara lain berisikan sebagai berikut.
-
Pelayan Firman
-
Liturgos
-
Pemain musik
(liturgos dan pemain musik dari Jemaaat yang akan
mengadakan Ibadah).
-
Masukan 1 lagu Sangihe ke Liturgi
karena kita adalah anggota jemaat GMIST.
-
Menyiapkan pokok Doa.
-
Dalam suatu Ibadah menunjuk
Pengurus untuk berdoa Persembahan
-
Doa Syafaat di pimpin oleh
Pemimpin Ibadah/ Pelayan Firman
3.
Sie. Pelayanan menyiapkan/
menghubungi Pelayan Firman 1 bulan sebelumnya, kalo tiba tiba2 tidak bisa
silahkan menghubungi ke Koordinator Sie.Pelayanan.
4.
Membuat jumlah daftar hadir dalam
setiap pertemuan Ibadah ( seluruh anggota Jemaat)
5.
DEADLINE !! kita harus bikin
Liturgi untuk tanggal 7 September 2013, di GMIST Betlehem, dengan pelayan
Firman . Ibu.Pdt.Misa Awaeh.
(Minta tolong bantuan semua
temen-temen Sie. Pelayanan yah J )
NB:
Kalo kurang Jelas silahkan Hubungi Koord. Sie. Pelayanan J
Thanks .
Intan. G.
Maria. Patangara
Sie. Pelayanan GMIST Resort Inbar
1.
Intan Gemma Maria Palatangara (
Koordinator)
2.
Sara Claseryna
3.
Mevia Mamaghe
4.
Febriana
=============================================================================================
Yang Tak Boleh Dilakukan Setelah Olahraga
Kamis, 29 Agustus 2013
Hal-hal yang tak boleh dilakukan usai berolahraga:
1. Minum Sports Drink
Jangan terburu-buru mengonsumsi sports drink bila tubuh Anda tidak benar-benar kehilangan elektrolit. Sports drink umumnya mengandung pemanis buatan yang tak baik bagi tubuh. Cukup tenggak air putih untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Jangan terburu-buru mengonsumsi sports drink bila tubuh Anda tidak benar-benar kehilangan elektrolit. Sports drink umumnya mengandung pemanis buatan yang tak baik bagi tubuh. Cukup tenggak air putih untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
2. Tidak langsung makan
Setelah olahraga berat, tubuh Anda pun telah siap untuk pengisian bahan bakar. Tetapi ingat jangan langsung ambil makanan berat yang berlemak, tetapi bijaksanalah dengan camilan ringan yang sehat. Sedikit protein dan karbohidrat kompleks sudah cukup untuk memulihkan otot-otot Anda.
Setelah olahraga berat, tubuh Anda pun telah siap untuk pengisian bahan bakar. Tetapi ingat jangan langsung ambil makanan berat yang berlemak, tetapi bijaksanalah dengan camilan ringan yang sehat. Sedikit protein dan karbohidrat kompleks sudah cukup untuk memulihkan otot-otot Anda.
3.Camilan malam hari
Pilihlah camilan yang ringan dan sehat di malam hari. Jangan sampai pilihan camilan malam ini merusak pembakaran kalori Anda siang harinya.
Pilihlah camilan yang ringan dan sehat di malam hari. Jangan sampai pilihan camilan malam ini merusak pembakaran kalori Anda siang harinya.
4. Kurang Tidur
Tidur bukan hanya berarti istirahat, tetapi juga pemulihan energi untuk olahraga lagi keesokan harinya. Tidur juga menghasilkan hormon pertumbuhan tingkat tinggi yang dipercaya merupakan komponen kunci dari pertumbuhan dan perbaikan otot.
Tidur bukan hanya berarti istirahat, tetapi juga pemulihan energi untuk olahraga lagi keesokan harinya. Tidur juga menghasilkan hormon pertumbuhan tingkat tinggi yang dipercaya merupakan komponen kunci dari pertumbuhan dan perbaikan otot.
sumber : http://anggaswangi.blogspot.com/2011/10/yang-tak-boleh-dilakukan-setelah.html
No comments:
Post a Comment